SUJA - Jika Mesir dikenali dunia dengan piramidanya. Paris dengan menara Eifle, Italia dengan menara Pisa, Indonesia dengan Borobudur, Saudi Arabia dengan Baitullah, maka Gaza dikenal dunia dengan soliditas dan ketahanan mental penduduknya.
Bayangkan, Gaza yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi dan dihuni 2 juta jiwa lebih. Wilayah yang hanya 1.33 % dari total wilayah Palestina. Gaza selama 7 tahun diisolasi Israel dari udara-laut-darat. Dibantu Mesir, penderitaan rakyat Gaza semakin menjadi-jadi. Hanya 1 tahun saja rakyat Gaza merasakan kebebasan, tepatnya saat Presiden Mursi terpilih.
Dalam kurun 7 tahun isolasi tersebut, Gaza melakoni 3 kali peperangan. Pertama bulan Desember 2008. Kedua, bulan Januari 2009. Ketiga bulan Desember 2012. Sedang invasi Israel bulan Juli 2014 adalah invasi yang keempat. Disinilah, Gaza layak masuk Guiness Book of Record. 4 kali peperangan dilalui rakyat Gaza melawan militer tercanggih dunia yang dibackup penuh oleh agresor dunia (AS-Inggris-Perancis-Rusia-Jerman). Sedangkan Gaza hanya mengandalkan donasi warga muslim yang tercecer.
Keajaiban selanjutnya. Gaza, kini berada di puncak persatuan. Terutama di kalangan elemen mujahidin. Tidak ada lagi perbedaan pandangan antara Izzuddin Al-Qassam (HAMAS) dengan Saraya Al-Quds (faksi Jihad). Plus dari segi persenjataan. Mujahidin mampu menghadirkan roket-roket yang berdaya ledak tinggi. Bangkan dikabarkan, HAMAS mampu memproduksi pesawat tanpa awak (Drone) yang disebut dengan Ababil.
Bagi saya, soliditas dan kegigihan rakyat Gaza adalah mukjizat terbesar abad ini. Silahkan Saudi Arabia berbangga diri dengan jam Mekkahnya. Namun tengoklah rakyat Gaza, perang dan perang telah menempa mereka menjadi jiwa-jiwa perindu syahid. Perlawanan nan gigih itulah, telah meyiutkan nyali warga dan milier Israel sekaligus. Rakyat Israel hidup dalam ketakutan walau mereka lengkap dari segi persenjataan.
No comments:
Post a Comment